Tentang memilih

My first post in 2013.

Lagi-lagi, tahun ini diawali dengan sesuatu hal bernama pilihan. Adalah suatu hari di akhir Bulan Januari kemarin dimana saya dihadapkan pada pilihan yang harus saya pilih dalam waktu singkat. Pilihan yang harus saya pilih dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan dengan segala konsekuensinya. 

Istikhoroh, adalah jawaban dari orang-orang yang menjadi korban kegalauan saya dalam menghadapi pilihan-pilihan ini. Dan pada akhirnya hati ini yang memberikan jawaban atas pilihan-pilihan itu. Bahwa adalah benar, saat kita memilih salah satu diantara banyak pilihan itu kita pun harus siap untuk tidak menerima kelebihan dari pilihan lain, yang mungkin saja tidak akan kita dapatkan di pilihan yang telah kita tentukan. 

Ada perasaan berat saat harus memutuskan untuk berpisah dari tempat yang telah mendewasakan dan memberikan pelajaran hidup untuk saya selama hampir 2 tahun ini. Tempat dimana saya menghabiskan minimal sepertiga waktu saya dalam sehari setiap Senin sampai Jumat. Tempat dimana saya membentuk lingkaran pertemanan yang mengisi kekosongan ruang komunitas saya. Tempat dimana saya menemukan salah satu sosok rockstar. Entah kenapa perasaan berat ini terus mengganjal sampai-sampai saya hampir ragu dengan pilihan yang sudah saya pilih. Sampai kadang muncul perasaan takut kehilangan hal-hal yang sudah saya dapatkan di tempat itu.

Dari awal saya berada di tempat itu, ekspektasi saya memang terlalu berlebihan, sehingga saat saya tidak mendapatkan apa yang saya rasa sudah dijanjikan, muncul satu persatu perasaan kecewa itu. Kecewa kepada mereka, dan akhirnya juga kecewa pada diri saya sendiri. Tapi sesungguhnya tidak ada yang buruk atas pilihan yang telah kita pilih, karena pasti akan ada hikmah dibalik pilihan-pilihan tersebut, dengan cara apapun hikmah itu akhirnya muncul. 

Ada perasaan lelah hati saat apa yang kita peroleh tidak sesuai dengan apa yang sudah kita berikan. Tiba-tiba ada pamrih yang mendesak hati ini dan mendorong pikiran ini untuk mulai membanding-bandingkan. Justru sekarang saya baru menyadari, perasaan pamrih itu sudah mulai berkurang saat kita akhirnya ikhlas melakukan apa yang menjadi tugas kita, tanpa harus membandingkan, hanya nikmati saja dan berusaha sebaik-baiknya. 

Dulu banyak hal yang menjadi alasan untuk saya segera meninggalkan tempat ini dan memulai jalan baru yang menurut saya lebih cocok dengan apa yang saya mau. Tapi lagi-lagi alasan itu sedikit demi sedikit hilang sekali lagi jika hati ini sudah ikhlas dan berusaha saja melakukan yang terbaik, dibantu juga dengan doa yang akan melancarkan hasil usaha yang sudah dilakukan.

Pada akhirnya, saya hanya ingin mengingat kalimat yang pernah diucapkan dosen saya saat penerbangan Bandung - Kuala Lumpur 4 tahun yang lalu, "Saat sudah memilih sesuatu, jangan pernah menengok ke belakang lagi, jalani dan nikmati saja pilihan itu karena pasti ada hal baik dibalik pilihan itu".


Cikarang, 5 Feb 2013

Komentar

Postingan Populer