Belajar melepas ala Ajahn Brahm
Weekend kemarin cukup memuaskan buat saya. Saya benar-benar bisa menikmati liburan bersama dengan Ayah saya. Setiap siang kalau saya sedang santai-santai, pasti Ayah saya menanyakan, "Mau kemana hari ini?" Weekend kemarin itu memang Ibu saya sedang ada di Malang, menengok cucunya. Jadinya ya kita menghabiskan waktu berdua aja. Ngobrol-ngobrol masalah kerjaan, sharing antara seorang angkatan muda dan seorang angkatan tua. Hehe,, Setelah Sabtu siang kuliner pempek di Pempek Rama, akhirnya kita memutuskan untuk jalan-jalan ke Gramedia. Di Gramedia akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (bagian 2)". Masih dengan khas humornya, Ajahn Brahm (si penulis buku) menceritakan berbagai kisah inspiratif yang cukup bisa menjadi bahan refleksi dan motivasi untuk saya yang notabene sedang dalam masa adaptasi dengan pekerjaan yang baru, yang masih membingungkan, yang masih harus dipelajari lebih dalam. Bersyukur sekali saya bisa mendapatkan pencerahan di masa-masa transisi seperti ini. Ada 1 hal yang ingin saya share disini, yaitu tentang cara melepas. Melepas kekecewaan masa lalu dan kekhawatiran masa depan. Menurut Ajahn Brahm, ada 4 cara melepas, yaitu:
1. Hanya menaruh 1 pikiran dalam 1 waktu.
Memikirkan banyak hal dalam satu waktu, apalagi hal-hal yang bertentangan bisa membuat fokus kita berkurang. Fokus berkurang bisa membuat kinerja dan konsentrasi kita berkurang.
2. Terimalah kenyataan bahwa kita berada disini, sekarang.
Hal ini mengingatkan saya pada teori "The Power of Now" nya seorang penulis buku -yang saya lupa namanya-, bahwa dengan menerima, fokus, dan merasakan saat sekarang, kita akan bisa fokus dengan apa yang sedang kita kerjakan. Pikiran kita tidak terbang ke masa lalu maupun dibayang-bayangi ketakutan akan masa depan.
3. Memberi tanpa balas jasa.
Berilah sesuatu yang baik dengan rasa ikhlas, tanpa harus memikirkan apa yang akan kita dapatkan ataupun kepemilikan apa yang akan berkurang setelah kita memberi itu. Dengan demikian, kembali kita akan fokus pada memberi, total dalam memberi, menikmati saat-saat memberi itu, dan melepas segala kekhawatiran akan apa yang hilang dan apa yang akan didapatkan.
4. Memiliki batin ala "Teflon", tidak melekat.
Kita pasti pernah mengalami masa bahagia dan juga tidak bahagia. Cukup lepaskan saja semua perasaan itu. Rasa bahagia sekalipun, jangan dirasakan terlalu lama karena bisa berdampak pada kekecewaan saat kita bertemu dengan kesedihan. Memang suatu kegagalan harus dijadikan pelajaran, dan suatu kebahagiaan bisa terus dikenang, tapi janganlah terlalu melekat pada keduanya. Jika kita tidak melekat padanya, maka kita akan bisa bebas dan siap dengan apapun di depan kita. Secepat mungkin kita melepas, secepat itu pula kita akan merasa bebas.
So guys, siap untuk melepas dan menjadi bebas? :)
1. Hanya menaruh 1 pikiran dalam 1 waktu.
Memikirkan banyak hal dalam satu waktu, apalagi hal-hal yang bertentangan bisa membuat fokus kita berkurang. Fokus berkurang bisa membuat kinerja dan konsentrasi kita berkurang.
2. Terimalah kenyataan bahwa kita berada disini, sekarang.
Hal ini mengingatkan saya pada teori "The Power of Now" nya seorang penulis buku -yang saya lupa namanya-, bahwa dengan menerima, fokus, dan merasakan saat sekarang, kita akan bisa fokus dengan apa yang sedang kita kerjakan. Pikiran kita tidak terbang ke masa lalu maupun dibayang-bayangi ketakutan akan masa depan.
3. Memberi tanpa balas jasa.
Berilah sesuatu yang baik dengan rasa ikhlas, tanpa harus memikirkan apa yang akan kita dapatkan ataupun kepemilikan apa yang akan berkurang setelah kita memberi itu. Dengan demikian, kembali kita akan fokus pada memberi, total dalam memberi, menikmati saat-saat memberi itu, dan melepas segala kekhawatiran akan apa yang hilang dan apa yang akan didapatkan.
4. Memiliki batin ala "Teflon", tidak melekat.
Kita pasti pernah mengalami masa bahagia dan juga tidak bahagia. Cukup lepaskan saja semua perasaan itu. Rasa bahagia sekalipun, jangan dirasakan terlalu lama karena bisa berdampak pada kekecewaan saat kita bertemu dengan kesedihan. Memang suatu kegagalan harus dijadikan pelajaran, dan suatu kebahagiaan bisa terus dikenang, tapi janganlah terlalu melekat pada keduanya. Jika kita tidak melekat padanya, maka kita akan bisa bebas dan siap dengan apapun di depan kita. Secepat mungkin kita melepas, secepat itu pula kita akan merasa bebas.
So guys, siap untuk melepas dan menjadi bebas? :)
Komentar