Kinanti dan Dafi (a flash fiction)
Namaku Kinanti dan dia Dafi. Dia memanggilku Key dan aku memanggilnya Dee. Inisial masing-masing. Sama-sama engineer dan sama-sama anak tunggal. Sama-sama juga bekerja meneruskan bisnis keluarga masing-masing. Sedikit terpaksa karena takut dibilang durhaka.
Malam itu aku baru akan pulang dari kantorku di jantung kota Jakarta saat Dee mengirimkan pesan lewat BBM.
D: K, kita harus ketemu sekarang. Ada yang mau aku omongin, penting. Ketemu di tempat biasa ya.
Dan aku membalas singkat.
K: Ok.
Sampailah kita di Kafe Never Been Better, tempat langganan kita.
Tanpa basa-basi, Dafi membuka pembicaraan.
D: K, kita ga bisa bareng lagi. Aku sayang banget sama kamu, tapi hubungan kita ga bisa dilanjutin.
K: Tapi kenapa, D?
D: Orang tuaku kalah tender dari orang tuamu, K, dan kayaknya Papa belum bisa terima ini. Aku yakin pasti Papaku akan skeptis dengan semua hal yang berhubungan dengan keluargamu. Jadi aku nggak mau ngasi harapan palsu untuk kamu.
Aku menghela napas panjang dan menanggapi pernyataan Dafi.
K: Sampe kapan sih D hidup kita gini terus?
Dan Dafi menjawab seperti layaknya pria menjawab dengan logikanya
D: Kalau orang tua kita menang tender bareng, K
K: ...
Komentar