Janganlah merasa takut dan janganlah bersedih hati

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah.” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Jangan kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan bagimu dari Yang Maha Pengampun dan lagi Maha penyayang." (QS. Fushilat: 30-32)


Ayat di atas mengingatkanku akan suatu ilmu ikhlas dan berserah diri kepada Allah SWT. Sungguh sudah fitrah manusia -yang ditakdirkan sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna- untuk memiliki kesadaran akan kemampuan hatinya untuk mengaktivasi dan merasakan hikmah dari keikhlasan. Ikhlas menyerahkan segalanya hanya kepada-Nya, karena memang kita hidup adalah untuk mempersiapkan bekal kematian. Tak perlu ngoyo dalam mengejar hal duniawi karena tugas kita hanya ikhtiar dan berdoa, sedangkan yang mengatur semuanya adalah Allah SWT.

Tak jarang pada saat kondisi hati sudah total surrender kepada-Nya, justru kemudahan itu datang dengan cara yang menyenangkan dan menenangkan hati. Kadang sesuatu yang secara logika pikiran tidak mungkin, menjadi mungkin setelah kita ikhlaskan. Kemudahan2 / kebetulan2 ini yang beberapa kali terjadi pada saya dan teman2 saat kami ada di Malaysia. Di negeri tetangga yang tidak kami ketahui rimbanya ini, banyak kebetulan2 yang memudahkan kami. Oleh karena itu, betul jika ikhlas merupakan solusi dari berbagai macam permasalahan. Namun, apakah semudah itu menerapkan ikhlas? Jawabannya ada di hati kita masing-masing. Dasar dari ikhlas adalah keyakinan/keimanan yang ada di hati. Semakin tinggi tingkat keyakinan kita akan kemurahan-Nya, maka akan semakin mudah pula kita mengaktivasi keikhlasan dan nikmatnya rasa berserah diri pada-Nya. Ya, banyak sekali kata2 "hati" yang terucap disini. Karena memang keikhlasan bukan sekedar kata2 atau OMDO (omong doang), tapi adalah sesuatu yang dirasakan di hati dan tidak dapat terukur oleh logika pikiran. Hanya Dia-lah yang mengetahui kadar keikhlasan kita.

Dalam suatu pelatihan, seorang trainer mengatakan:
Genggamlah suatu keinginan / doa itu seperti membawa sebuah telur di tangan. Jangan terlalu keras menggenggamnya, karena bisa jadi telur itu akan pecah dan mengotori tangan kita (jangan terlalu ngoyo mendapatkannya karena hanya Allah yang tahu yang terbaik untuk kita) dan jangan terlalu renggang menggenggamnya karena telur itu akan jatuh dan mengotori lingkungan yang dijatuhinya (jangan berputus asa, tapi berikhtiarlah sesuai porsinya, dengan tetap bersyukur dengan keadaan sekarang dan memutuskan untuk feel good setiap saat)

Komentar

Anindita mengatakan…
wah...kata2nya bagus banget...memang sejujrnya aku agak2 bingung dengan konsep berkeinginan...katanya harus bersemangat tapi jangan terlalu bernafsu...hehehe
tapi analogi tentang telur tadi...bener2 pas :)...
Lelly Dwi Ambarini mengatakan…
Iya nin.. aku juga bingung mana yang semangat, mana yang nafsu..
Mudah2an kita selalu ditunjukkan jalan oleh-Nya.
Unknown mengatakan…
Mohon Izin, kata kata di atas saya pakai buat update status di facebook. soal nya bagus

Postingan Populer