Harta Karun dari Ayah (#7HariMendongeng)
Genap 17 tahun usia Zaka dan Zaki, dua anak kembar yang sudah yatim sejak umur mereka masih 3 tahun. Sejak itu pulalah sang ibu membesarkan mereka berdua seorang diri. Dalam kesederhanaan, Zaka dan Zaki tumbuh menjadi 2 remaja laki-laki yang mandiri. Walaupun kembar, karakter mereka berdua sangat bertolak belakang. Zaka cenderung tertutup, pembawaannya serius, dan selalu perfeksionis dalam melakukan hal apapun. Sebaliknya, Zaki adalah orang yang ekspresif dan pembawaannya ceria.
Adalah suatu kebiasaan yang sudah menjadi tradisi di desa tempat tinggal Zaka dan Zaki bahwa pemuda yang sudah berusia 17 tahun akan merantau ke negeri seberang untuk mencari sebuah pengalaman dan mengenal dunia baru. Perantauan tersebut juga sebagai masa transisi dari seorang laki-laki menjadi pria yang beranjak dewasa.
Hari itu adalah hari yang sakral untuk ibu dari Zaka dan Zaki karena ia harus melepaskan kedua anak laki-lakinya untuk merantau. Dua anak laki-laki yang ia besarkan seorang diri, yang selalu melengkapi hari-harinya dengan perselisihan-perselisihan kecil dan juga canda tawa. Sebelum Zaka dan Zaki pergi merantau, sang ibu memberikan pesan kepada keduanya untuk menuju ke sebuah pulau yang terletak di seberang kampung halamannya yang sekarang.
"Zaka, Zaki, merantaulah ke Pulau Tesoro di seberang pulau ini, disana kelak kau akan menemukan harta karun peninggalan Ayahmu. Ayahmu sengaja menyimpan harta karun tersebut untuk kalian temukan pada saat usia kalian sudah beranjak dewasa. Ibu baru memberitahukan pada kalian saat ini karena inipun wasiat dari Ayah sebelum beliau wafat,"
"Apakah ada petunjuk atau peta yang bisa kami jadikan acuan untuk menuju pulau itu, Bu?" tanya Zaka.
"Sayang sekali, Ayah kalian tidak mewariskan peta itu pada kalian. Ayah kalian hanya berpesan pada ibu bahwa harta karun tersebut ada di sebuah kotak berbentuk hati. Pulau Tesoro tidak besar, Nak. Ibu yakin kalian akan menemukan harta karun itu, entah bagaimanapun caranya," kata sang ibu.
Walaupun Zaka dan Zaki masih penasaran tentang lokasi harta karun yang tidak berpetunjuk itu, mereka berdua segera melakukan perjalanannya menuju Pulau Tesoro. Mereka melakukan perjalanan laut untuk menuju Pulau Tesoro yang terkenal indah tersebut. Zaka dan Zaki terus berjalan mengikuti jalan setapak yang mereka temui. Tak jarang mereka berjalan memutar dan kembali ke tempat yang sama.
Pulau Tesoro tak hanya indah, tapi memiliki berbagai jenis penduduk yang unik yang membuat Zaka dan Zaki pun mengalami berbagai peristiwa tertentu. Suatu hari saat sedang beristirahat dalam perjalanan merantaunya, Zaka dan Zaki bertemu dengan gadis kecil yang menangis karena kelaparan. Gadis itu kehilangan makanannya yang dirampas oleh segerombolan anak nakal. Karena iba, Zaka memberikan jatah makananya pada gadis kecil itu, sehingga Zaki harus berbagi jatah makanannya bersama Zaka.
Di hari lainnya, mereka bertemu dengan seorang nenek yang terlihat kebingungan mencari tempat tinggalnya sendiri. Nenek tersebut ternyata sudah pikun. Melihat sang nenek, tiba-tiba Zaka dan Zaki teringat sang ibu. Maka di sela-sela perjalanannya mencari harta karun tersebut, Zaka dan Zaki membantu nenek tersebut untuk kembali ke tempat tinggalnya dengan cara mencari informasi ke orang-orang yang ditemuinya. Tak lama kemudian, sampailah mereka bertiga di rumah sang nenek yang ternyata tinggal bersama anaknya. Sang anak yang tidak pernah mengenyam pendidikan dari sejak kecil karena harus merawat neneknya seorang diri bahkan tidak bisa membaca. Maka, sebagai balas budi Zaka dan Zaki kepada sang nenek karena sudah mengizinkan tinggal sejenak di rumah itu, mereka berdua mengajari anak itu untuk membaca.
Zaka dan Zaki kembali melanjutkan perjalanannya mencari harta karun peninggalan sang ayah dan hari-hari mereka selalu dikejutkan dengan peristiwa-peristiwa baru yang berhubungan dengan warga Pulau Tesoro. Secara tidak langsung mereka berdua ditantang untuk menghadapi interaksi dengan karakter orang yang berbeda-beda, sampai akhirnya pencarian mereka selesai saat menemukan sebuah kotak bergambar hati. Mereka berdua membuka kotak hati tersebut. Isinya bukanlah berliah ataupun emas, melainkan hanya selembar kertas. Sejenak Zaka dan Zaki lemas melihatnya, sekaligus penasaran dengan tulisan di kertas itu, tulisan ayah mereka.
Dibuat untuk proyek menulis #7HariMendongeng
Tema hari kedua: Harta karun
Adalah suatu kebiasaan yang sudah menjadi tradisi di desa tempat tinggal Zaka dan Zaki bahwa pemuda yang sudah berusia 17 tahun akan merantau ke negeri seberang untuk mencari sebuah pengalaman dan mengenal dunia baru. Perantauan tersebut juga sebagai masa transisi dari seorang laki-laki menjadi pria yang beranjak dewasa.
Hari itu adalah hari yang sakral untuk ibu dari Zaka dan Zaki karena ia harus melepaskan kedua anak laki-lakinya untuk merantau. Dua anak laki-laki yang ia besarkan seorang diri, yang selalu melengkapi hari-harinya dengan perselisihan-perselisihan kecil dan juga canda tawa. Sebelum Zaka dan Zaki pergi merantau, sang ibu memberikan pesan kepada keduanya untuk menuju ke sebuah pulau yang terletak di seberang kampung halamannya yang sekarang.
"Zaka, Zaki, merantaulah ke Pulau Tesoro di seberang pulau ini, disana kelak kau akan menemukan harta karun peninggalan Ayahmu. Ayahmu sengaja menyimpan harta karun tersebut untuk kalian temukan pada saat usia kalian sudah beranjak dewasa. Ibu baru memberitahukan pada kalian saat ini karena inipun wasiat dari Ayah sebelum beliau wafat,"
"Apakah ada petunjuk atau peta yang bisa kami jadikan acuan untuk menuju pulau itu, Bu?" tanya Zaka.
"Sayang sekali, Ayah kalian tidak mewariskan peta itu pada kalian. Ayah kalian hanya berpesan pada ibu bahwa harta karun tersebut ada di sebuah kotak berbentuk hati. Pulau Tesoro tidak besar, Nak. Ibu yakin kalian akan menemukan harta karun itu, entah bagaimanapun caranya," kata sang ibu.
Walaupun Zaka dan Zaki masih penasaran tentang lokasi harta karun yang tidak berpetunjuk itu, mereka berdua segera melakukan perjalanannya menuju Pulau Tesoro. Mereka melakukan perjalanan laut untuk menuju Pulau Tesoro yang terkenal indah tersebut. Zaka dan Zaki terus berjalan mengikuti jalan setapak yang mereka temui. Tak jarang mereka berjalan memutar dan kembali ke tempat yang sama.
Pulau Tesoro tak hanya indah, tapi memiliki berbagai jenis penduduk yang unik yang membuat Zaka dan Zaki pun mengalami berbagai peristiwa tertentu. Suatu hari saat sedang beristirahat dalam perjalanan merantaunya, Zaka dan Zaki bertemu dengan gadis kecil yang menangis karena kelaparan. Gadis itu kehilangan makanannya yang dirampas oleh segerombolan anak nakal. Karena iba, Zaka memberikan jatah makananya pada gadis kecil itu, sehingga Zaki harus berbagi jatah makanannya bersama Zaka.
Di hari lainnya, mereka bertemu dengan seorang nenek yang terlihat kebingungan mencari tempat tinggalnya sendiri. Nenek tersebut ternyata sudah pikun. Melihat sang nenek, tiba-tiba Zaka dan Zaki teringat sang ibu. Maka di sela-sela perjalanannya mencari harta karun tersebut, Zaka dan Zaki membantu nenek tersebut untuk kembali ke tempat tinggalnya dengan cara mencari informasi ke orang-orang yang ditemuinya. Tak lama kemudian, sampailah mereka bertiga di rumah sang nenek yang ternyata tinggal bersama anaknya. Sang anak yang tidak pernah mengenyam pendidikan dari sejak kecil karena harus merawat neneknya seorang diri bahkan tidak bisa membaca. Maka, sebagai balas budi Zaka dan Zaki kepada sang nenek karena sudah mengizinkan tinggal sejenak di rumah itu, mereka berdua mengajari anak itu untuk membaca.
Zaka dan Zaki kembali melanjutkan perjalanannya mencari harta karun peninggalan sang ayah dan hari-hari mereka selalu dikejutkan dengan peristiwa-peristiwa baru yang berhubungan dengan warga Pulau Tesoro. Secara tidak langsung mereka berdua ditantang untuk menghadapi interaksi dengan karakter orang yang berbeda-beda, sampai akhirnya pencarian mereka selesai saat menemukan sebuah kotak bergambar hati. Mereka berdua membuka kotak hati tersebut. Isinya bukanlah berliah ataupun emas, melainkan hanya selembar kertas. Sejenak Zaka dan Zaki lemas melihatnya, sekaligus penasaran dengan tulisan di kertas itu, tulisan ayah mereka.
"Akhirnya tibalah saatnya kalian membaca surat ini. Maafkan ayah sebelumnya jika suatu saat nanti Ayah harus meninggalkan kalian lebih dahulu. Ayah tidak bisa memberikan harta semacam berlian, emas, atau mutiara, tapi Ayah ingin memberikan sesuatu yang jauh lebih berharga dari itu. Ayah yakin, bahwa saat kalian membaca surat ini kalian pasti sudah melewati perjalanan yang penuh cerita. Dan Ayah yakin, jika kalian sudah bisa melewati itu semua, berarti kalian sudah menemukan harta karun tersebut. Harta karun yang sebenarnya bukanlah di dalam kotak hati ini, tapi harta karun itu adalah hati kalian sendiri. Hati kalian yang lembut itu adalah harta karun terbaik yang anak-anak Ayah punya. Dan hati kalianlah yang menuntun kalian sampai ke tempat kotak hati ini. Maka, jagalah harta karun yang ada di diri kalian itu, serta gunakanlah harta karun tersebut untuk menuntun kalian menemukan kebahagiaan di hidup dan mati kalian."
Dibuat untuk proyek menulis #7HariMendongeng
Tema hari kedua: Harta karun
Komentar
Btw, itu ayahnya petualang juga yah?
Menurut lo, okean siapa, Zaka apa Zaki?
Betul Jun, ayahnya petualang. Trus kalo disuruh milih, gue sih milih Zaki, krn Zaka itu cenderung mirip gue. Jadi, utk melengkapi gue, gue perlu orang yg kyk Zaki (loh, malah curhat). Zaka buat lo aja gpp kok. Ayah-Ibu nya orang baik2 juga. Jadi, lo juga hrs jd calon menantu yg baik. Ini ngomongin apa sih?? (-_-)