Aldera
Aku selalu mengagumi sosoknya dalam diamku. Ayu, sahabatku, selalu mengingatkanku bahwa tidak ada yang namanya cinta tanpa memiliki. Naif itu, kata Ayu. Dia yang aku kagumi adalah Aldera, seniorku di unit basket kampus. Aku sadar kalau dia tidak setampan teman-teman basketnya yang lain, tapi dia tampak menarik di mataku. Aku tidak tahu apa yang membuatku mengaguminya, yang jelas aku merasa nyaman saat berkomunikasi dengannya tentang apapun. Ya, kenyamanan. Mungkin itulah yang membuatku menjadi tertarik dengannya. Sikapnya yang terbuka dan sangat dewasa membuatku terdorong juga untuk menjadi terbuka tentang hal-hal yang sebelumnya jarang aku ceritakan pada orang lain.
Sudah hampir 4 tahun aku mengagumi sosok itu. Bulan depan aku wisuda dan di hari itu adalah tepat 4 tahun aku mengagumi sang Aldera tanpa pernah berani mengungkapkannya dan tanpa berani pula berharap. Aku nyaris putus asa karena selama aku masih mengagumi Aldera, hatiku masih menyimpan rasa egois untuk ingin memilikinya, seperti kata Ayu, sahabatku. Tiba-tiba aku teringat Ayu dan kalimat-kalimat wejangannya. Entah kenapa, hatiku mulai lelah mengagumi Aldera dengan masih menyimpan rasa ingin memiliki. Mungkin rasa itu masih terus mengganjali hatiku karena toh selama aku mengenal Aldera, dia tidak pernah memiliki seorang spesial. Itulah mengapa ada bagian hatiku yang masih berharap. Mungkin justru kalau Aldera bersama yang lain aku akan terpaksa untuk melupakannya walaupun pasti terasa sakit pada awalnya.
Masa-masa senggang sebelum wisuda ini membuatku malah makin kepikiran Aldera. Ah, I have to make myself busy to forget all of this, pikirku dalam hati. Aku harus berhenti memikirkan semua hal tentang Aldera. Aku pikir tidak akan sehat juga untuk hati dan pikiranku. Mungkin saja dia bukan jodohku. Mungkin saja sudah ada orang lain yang siap mendatangiku tapi aku tak sadar karena Aldera ini. Akhirnya, aku memutuskan untuk mulai berhenti memikirkan Aldera sejak tanggal wisudaku.
Hari wisudaku tiba. Aku memulai hari baru dengan sedikit demi sedikit mengubur semua kenangan tentang Aldera. Aku berangkat menuju kampus, lengkap dengan Bapak, Ibu, dan adik laki-lakiku. Seremoni wisuda benar-benar membuat satu hari itu menjadi sangat euforia. Bagiku, seremoni wisuda ini sekaligus juga menjadi 'Seremoni Melupakan Aldera'.
"Kiara, happy graduation ya."
Kalimat tersebut mengagetkanku yang sedang berbincang dengan Ayu. Suara yang tidak asing lagi, Aldera. Ayu yang seperti ingin memberikan waktu kepadaku dan Aldera, langsung pamit meninggalkan kami berdua.
"Hai Al, thanks ya," jawabku.
"Oya, nih buat kamu," Aldera memberikan buket bunga untukku.
"Wah, makasih loh," kataku, senang sekaligus tegang.
"Yoi. Oya Ki, sekalian nih ada yang mau aku kabarin."
"Kabar apa?" tanyaku penasaran.
"Aku dapat beasiswa S3 ke Belanda," jawab Aldera.
"Wah, great! Congratulation Al!"
"Iya, thanks ya Ki. Tapi ada lagi yang mau aku bilangin."
"Apaan Al?"
"Kamu mau nggak jadi temen hidup aku?"
"Maksudnya?" aku bingung.
"Will you marry me?" tanya Aldera.
Oh, no. Ah, Aldera.Kamu memang yang paling indah.
Komentar