Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki


“Ray, please, just give me my private space, give me time to be alone, give me time to think about all of this,” kalimat itu tertulis dengan cepat oleh jari-jariku saat mengirimkan pesan singkat ke ponsel Rayan. Nyaris sepuluh kali Rayan meneleponku tanpa satu kalipun aku angkat, sampai akhirnya aku mematikan ponsel.

Aku lelah. Sepertinya terlalu penuh pikiran-pikiran ini dengan rutinitasku yang sudah hampir memuakkan. Aku hanya ingin menyendiri. Merenungi kembali apa yang sebenarnya aku lakukan tiap hari ini? Apa tujuan hidupku? Apakah semua yang aku kerjakan sudah sesuai dengan tujuan itu? Kembali pertanyaan-pertanyaan mendasar itu bahkan sangat sulit aku jawab.

Akhir pekan ini aku putuskan untuk berlibur ke vila milik Ayah di daerah Lembang-Bandung. Bukan perkara mudah mendapatkan izin untuk bermalam di vila itu sendiri. Biasanya aku bermalam disana lengkap dengan Ayah, Bunda, dan keluarga kakakku. Malam ini tidak. Ayah dan Bunda kebetulan sedang berada di Jakarta dan aku meminta izin pada mereka pada saat aku sudah menginjakkan kaki di vila mungil tersebut.

Aku menikmati kesendirianku di depan televisi dan perapian di ruangan tengah. Televisi menyala, mataku mengarah padanya, tapi otak dan hatiku tak fokus pada tontonan yang disuguhkan oleh LCD TV 29 inch tersebut. Aku justru sibuk membaca-baca SMS yang dikirimkan Rayan sedari kemarin yang hanya kujawab pendek-pendek. Ada sedikit kilasan rasa penyesalan dan rindu saat membaca komunikasi kami yang sangat buruk di SMS-SMS tersebut. Sesekali aku tersenyum, tapi tak lama kemudian aku kembali sedih, mengingat diri dan hatiku yang hampa. Aku wanita muda berusia 28 tahun, berkarier sukses, hidup berada, tapi tak bahagia. Rayan adalah teman yang aku temui saat aku mengikuti trip ke Hongkong 6 bulan yang lalu. Rayan adalah pria seumuranku yang hidup penuh dengan passion-nya. Dia seorang chef, dan dia mencintai dunia kariernya. Kadang aku iri dengannya karena dia bisa dan mau mengikuti kata hatinya dalam memilih apa yang ingin dia lakukan, tidak seperti aku yang dijejali doktrin-doktrin tentang kemapanan dan hidup dalam dunia sosialita yang terkadang naif. Aku dan Rayan sama-sama sadar bahwa kami merasakan sebuah perasaan yang sama yang lebih dari seorang teman. Tidak pernah terungkapkan, tapi kami sama-sama tahu kalau kami memiliki rasa yang sama. Biarlah hati ini saja yang tahu, pikirku dan Rayan.

Aku terbangun dari tidurku. Aku tak sadar bahwa semalam aku tertidur di sofa ruang tengah ini. Tiba-tiba jari-jariku menuliskan sebuah pesan singkat untuk seseorang yang namanya kusimpan sebagai Rayan Ariasaputra di phonebook ponselku.

“Ray, I’m done with my private space. Can we talk?” kalimat singkat yang aku kirims sebagai pembuka.

Tak lama kemudian ponselku berbunyi, telepon dari Rayan.

“Hai Ray!” kataku dengan ceria.
“Vera, ini Ibunya Rayan. Maaf ya Ve, Ibu yang angkat teleponnya. Rayan sedang tidur,” kata Ibunda Rayan dengan nada yang sangat datar.
“Oh, okay tante. Kalo gitu titip pesen aja ya tante, tolong bilangin kalo saya telepon. Nanti kalau Rayan bangun saya telepon lagi.”
“Iya Ve, nanti tante bilangin ke Rayan kalau dia bangun. Tapi kalau Rayan bangun ya,” nada suara Ibunda Rayan menjadi bergetar saat mengucapkan kata terakhir padaku tadi. Ibunda Rayan terisak.
“Tante kenapa? Tante nangis ya?” tanyaku bingung.
“Rayan sedang tidur di kamar ICU, Ve. Rayan kecelakaan. Semalam dia bilang mau ke daerah Lembang, mau ketemu sama temennya. Dia bilang dia nggak bisa menghubungi temannya ini sampai dia khawatir kalau saja terjadi sesuatu dengan temannya ini. Eh, malah kejadiannya sama dia sendiri.”
“Astaghfirullah,” batinku menjerit. Beribu rasa menyesal dan bersalah memenuhi otak dan hati ini.
“Doakan saja ya Ve, supaya Rayan segera sadar dan pulih.”
“...”
Ray, apapun yang terjadi dengan kamu, aku bersyukur telah bertemu dengan orang sepertimu yang mengajariku banyak hal tentang kehidupan ini. Tentang memilih, tentang persahabatan, tentang mengikuti kata hati, dan semua hal kecil yang menjadi inspirasi untuk hidupku. Kamu adalah salah satu anugerah terindah yang pernah kumiliki.

Komentar

Postingan Populer